Rabu, 29 Juli 2020

Desain Dan Analisis Pompa Air Gravitasi Tanpa Listrik (Manual) Untuk Daerah Perbukitan



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kondisi geografis Indonesia terdiri dari banyak pulau yang dikelilingi oleh gunung dan memiliki 2 musim setiap tahunnya yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Dalam beberapa tahun terakhir di indonesia saat memasuki musim  kemarau terjadi kekeringan yang berkepanjangan khususnya pada daerah pegunungan. Masyarkat didaerah pegunungan yang mayoritas pekerjaanya sebagai peternak dan petani dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari seperti mandi, mencuci, minum, dan minum untuk ternak, harus berjalan menaiki bukit untuk mencari sumber air agar bisa mendapatkan air, sulitnya medan serta jauhnya jarak yang ditempuh menjadi kendala dalam pemenuhan kebutuhan air sehari-hari masyrakat didaerah tersebut. Kebutuhan air untuk pertanian sangat sulit terpenuhi saat terjadi musim kemarau  karena air banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari dan minum untuk ternak, sehingga terjadi ketidakseimbangan antar hasil pertanian dan peternakan.
Salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan air adalah dengan memanfaatkan pompa. Pompa merupakan mesin fluida yang digunakan untuk memindahkan fluida cair dari suatu tempat ke tempat lainnya melalui sistem perpipaan. Pada prinsipnya, pompa mengubah energi mekanik motor menjadi energi aliran fluida. Penggunaannya sudah semakin luas, misalnya pompa untuk keperluan rumah tangga, irigasi pertanian, bahkan untuk keperluan industri-industri besar seperti industri perminyakan. Pompa bertenaga listrik atau solar umunya digunakan untuk menaikan air guna memenuhi kebutuhan air saat terjadi musim kering.
Dizaman sekarang ini pilihan pompa air sudah tersedia dan mudah di dapatkan. Akan tetapi ketersediaan tenaga pengerak seperti pompa yang digerakan dengan mesin disel dan motor listrik  yang menjadi masalah, terutama untuk daerah yang belum terjangkau jaringan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Walaupun sudah terdapat jaringan PLN, tetapi biaya pengoperasian pompa air semakin hari semakin besar. Sehingga pompa yang digerakkan mesin diesel atau motor listrik akan sangat mahal dan menjadi permasalahan yang sulit bagi masyarakat (Hery, 2011).
Penggunaan teknologi suatu model (desain) pompa yang tidak digerakkan oleh motor listrik atau mesin diesel (pompa manual) untuk membantu memindahkan air yang berada di atas bukit yang sulit terjangkau dan sulit  dibangun sistem irigasi permukaan dengan saluran terbuka maupun sistem perpipaan sangat diperlukan. Pompa manual ini memanfaatkan tekanan yang di hasilkan oleh air karena ke vakuman udara dan gaya gravitasi. Diharapkan pompa manual ini menjadi salah satu langkah untuk memecahkan masalah di atas.
Beberapa penelitian tentang pompa manual yang telah ada seperti pompa hidram yang memanfaatkan  hantaman air dan pompa gravitasi yang baru-baru ini ditemukan yang memanfaatkan gaya gravitasi dan kevakuman udara. Pompa gravitasi yang ada saat ini menggunakan dua buah tabung pompa, namun pompa gravitasi ini belum dilakukan penelitian lanjutan tentang anlisis mekanis pompa, variasi besar tabung pompa dan  model pompa yang efisien untuk memenuhi  kebutuhan air masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian tentang Desain Dan Analisis  Pompa Air Gravitasi Tanpa Listrik (Manual) Untuk Daerah Perbukitan ”.

1.2. Tujuan Penelitian
            Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu  mendesain dan menganalisis  pompa air tanpa listrik (manual) yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air di daerah perbukitan.

1.3.  Kegunaan Penelitian
            Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.        Rancangan yang diperoleh diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pemenuhan air irigasi pada daerah tidak terjangkau listrik.
2.        Untuk membantu pemenuhan kebutuhan air penduduk  dengan alat pompa manual.
3.        Untuk mengetahui kinerja dari pompa manual
4.        Ikut berperan aktif dalam pengembangan sumber informasi dan referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5.        Penelitian ini berguna dalam penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebutuhan Air
Air merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Dapat dipastikan manusia tidak akan mampu bertahan hidup tanpa air, karena air merupakan salah satu elemen dasar yang menunjang proses metabolisme tubuh manusia. Ketergantungan manusia terhadap air tidak hanya berhenti pada kebutuhan biologis semata, namun juga menyangkut aspek sosial dan ekonomi. Air juga memiliki peranan yang penting dalam perekonomian. Penyediaan pangan dari yang paling sederhana berupa ladang dan tegalan, hingga pertanian modern berupa sawah maupun penanaman hidroponik pasti membutuhkan air. Sektor industri juga tak dapat lepas dari ketergantungan terhadap air. Bahkan perkembangan suatu wilayah juga ditentukan oleh ketersediaan air yang memadai. Begitu besarnya ketergantungan manusia terhadap air disebabkan oleh sifat air yang tidak dapat disubtitusi dengan barang yang lain (Imron, 2011).
Sumber daya air merupakan sumber daya alam yang memiliki sifat terbatas baik secara kualitas maupun kuantitas untuk memenuhi kebutuhan manusia. Keterbatasan kualitas air adalah mutu air yang tidak layak untuk digunakan atau dikonsumsi manusia. Ketersediaan  air merupakan masalah yang serius, namun ternyata terdapat juga masalah berupa distribusi sumber air yang tidak merata. Terdapat daerah yang relatif kaya akan sumber air, namun terdapat juga daerah yang kekurangan sumber air, bahkan tidak memiliki sumber air sama sekali. Tentunya kondisi kurangnya sumber daya air yang dapat dimanfaatkan memerlukan sebuah pengelolaan yang memadai untuk mencukupi kebutuhan akan air . Upaya pemenuhan kebutuhan air  ini seringkali tidak hanya dihadapkan pada kurangnya sumber air yang dapat dieksploitasi, namun juga kurangnya sumber daya lainnya, seperti modal dan sumber daya manusia yang tidak mendukung upaya pemenuhan kebutuhan air  pada daerah yang miskin dan jauh dari pusat pelayanan publik seperti daerah perbukitan (Eriyanto, 2006).

2.2. Pompa
                Pompa adalah salah satu peralatan yang dipakai untuk mengubah energi mekanik (dari mesin penggerak pompa) menjadi energi tekan pada fluida yang dipompa. Pada umumnya pompa digunakan untuk memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih tinggi tempatnya, tinggi tekanannya, ataupun untuk sirkulasi (Sunarno, Mekanikal Elektrikal). Pengubahan energi mekanik menjadi energi tekan fluida tersebut di atas dapat dicapai dengan beberapa cara, antara lain: 1) Mengubah energi mekanis dengan menggunakan alat semacam sudu atau impeler dengan bentuk tertentu. 2) Dengan menggunakan gerak bolak-balik piston atau alat semacamnya. 3) Dengan penukaran energi menggunakan fluida perantara, baik gas atau cair. Fluida perantara ini diberikan kecepatan tinggi dan campur dengan fluida yang dipompa yang berkecepatan rendah. Cara ini biasa digunakan pada pompa jet (jet pump). 4) Dengan menggunakan udara atau gas bertekanan tinggi yang diinjeksikan ke dalam suatu saluran yang berisi fluida yang dipompa. Cara ini digunakan pada air/ gas lift pump ( Sugeng, 2011).
            Beberapa jenis pompa berdasarkan cara kerjanya masing-masing. Secara garis besar, alat ini hanya digolongkan dalam dua jenis, yakni pompa perpindahan positif (positive displacement pump) dan pompa dinamik (dynamic pump) ( Anonim, 2014).

1.    Pompa Perpindahan Positif (positive displacement pump)
Pompa ini dikenal sesuai dengan caranya beroperasi yaitu, cairan diambil dari sisi suction, kemudian diberi gaya tekan di dalam rumah pompa dan dipindahkan ke sisi discharge, perpindahan fluida di dalam rumah pompa berlangsung secara positif. Pompa perpindahan positif masih digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan cara pemindahannya, yaitu: Pompa Reciprocating dan Pompa Rotary.



a.    Pompa Reciprocating
Cara kerja pada pompa reciprocating saat mengalirkan fluida yaitu, mengkonversikan atau mengubah energi mekanis dari penggerak pompa menjadi energi dinamis/potensial terhadap cairan yang dipindahkan, perpindahan energi ke cairan terjadi melalui elemen berupa gear atau sering juga disebut crank/cam yang bergerak secara memutar dan memberikan dorongan terhadap piston. Piston inilah yang selanjutnya akan menekan fluida ke arah discharge sehingga dapat mengalir.

b.    Pompa Rotary
Pompa jenis ini memiliki prinsip kerja yang tidak jauh berbeda dengan pompa reciprocating, tetapi elemen pemindahnya tidak bergerak secara translasi melainkan bergerak secara rotasi di dalam casing (rumah pompa). Perpindahan dilakukan oleh gaya putaran sebuah gear dan baling-baling di dalam sebuah ruang bersekat, namun masih pada casing yang sama.

2.    Pompa Dinamik
Pompa dinamik juga dikarakteristikkan oleh caranya beroperasi, yaitu; impeler yang berputar akan mengubah energi kinetik menjadi tekanan maupun kecepatan yang diperlukan untuk mengalirkan fluida. Sama halnya dengan pompa perpindahan positif, pompa dinamik juga masih digolongkan ke dalam dua jenis yaitu:
a.    Pompa sentrifugal
Pompa ini merupakan pompa yang sangat umum digunakan, biasanya sekitar 70% pompa yang digunakan pada kilang minyak merupakan jenis pompa sentrifugal. Cara kerja pompa ini ialah dengan mengubah energi kinetik (kecepatan) cairan menjadi energi potensial (tekanan) melalui suatu impeller yang berputar di dalam casing. Impeller tersebut berupa piringan berongga yang memiliki sudu-sudu melengkung dan diputar oleh motor penggerak. Putaran dari impeller akan memberikan gaya sentrifugal terhadap cairan dan diarahkan ke sisi discharge. Sebelum cairan tersebut ke luar melalui discharge, sebelumnya akan ditahan oleh casing sehingga menimbulkan tekanan alir. Untuk menjaga agar di dalam casing selalu terisi cairan, maka pada saluran isap harus dilengkapi dengan katup kaki (foot valve). Kosongnya cairan di dalam impeller dapat menyebabkan masuknya udara dan menimbulkan kavitasi.

b.      Pompa desain khusus
Pompa jenis ini dirancang untuk suatu kondisi khusus di dalam berbagai bidang sesuai dengan kebutuhannya. Contohnya jet pump atau ejector, pompa jenis ini terdiri dari sebuah tabung pancar, nozzle konvergen dan venturi berbentuk diffuser. Cara kerjanya ialah, pada bagian konvergen dihubungkan dengan pipa yang berfungsi sebagai penghisap cairan. Fluida dapat terhisap oleh pompa karena adanya daya penggerak dalam bentuk energi tekanan, selanjutnya fluida akan dialirkan melalui nozzle dan masuk ke dalam tabung dengan kecepatan tinggi sehingga menyebabkan kevakuman di dalam tabung pompa. Fluida yang terhisap tadi akan menyatu dengan fluida penggerak dan kemudian ikut mengalir.

2.3. Sifat Dasar Fluida
Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir dan bentuknya selalu berubah dengan perubahan volume, yang termasuk dalam kategori fluida adalah zat cair dan gas. Fluida mempunyai kerapatan yang harganya tertentu pada temperatur dan tekanan tertentu. Harga kerapatannya tergantung pada temperatur dan tekanan, apabila temperatur dan tekanan suatu fluida berubah maka kerapatannya akan berubah. Bagi zat cair kerapatannya tidak akan terpengaruh oleh perubahan temperatur dan tekanan, hal ini juga dinamakan fluida tidak dapat mampat (incompresible) sedangkan gas sangat dipengaruh oleh perubahan temperatur dan tekanan dan dikenal juga sebagai fluida dapat mampat (compresible). Salah satu ciri khas dari fluida adalah bahwa fluida dapat mengalir. Untuk mengerti aliran fluida maka harus mengetahui beberapa sifat dasar fluida. Sifat–sifat dasar fluida tersebut yaitu; kerapatan, berat jenis, tekanan, temperatur, kekentalan ( Kalam, 2010).

2.3.1. Kerapatan (density)
Kerapatan suatu fluida didefinisikan sebagai massa tiap satuan volume pada suatu temperatur dan tekanan tertentu. Menurut Khairul (2014), kerapatan dinyatakan dengan ρ dan dirumuskan sebagai berikut :

ρ =  ..............................................................................(1)

Kerapatan fluida bervariasi tergantung jenis fluidanya. Untuk fluida gas, perubahan temperatur dan tekanan sangat mempengaruhi kerapatan gas. Untuk fluida cairan pengaruh keduanya adalah kecil. Jika kerapatan fluida tidak terpengaruh oleh perubahan temperatur maupun tekanan dinamakan fluida incompressible atau fluida tak mampu mampat (Khaerul, 2014).

2.3.2 Kerapatan Relatif (specific gravity)
Kerapatan relatif merupakan perbandingan antara kerapatan fluida tertentu terhadap kerapatan fluida standard, biasanya air pada 4  (untuk cairan) dan udara (untuk gas). Kerapatan relatif (specific gravity disingkat SG) adalah besaran murni tanpa dimensi maupun satuan, dinyatakan pada persamaan sebagai berikut (Khaerul, 2014).
Dalam Khaerul (2014) persamaan untuk fluida gas yaitu :   
            SGgas = = ...................................................................(2)


Untuk fluida cairan :
 SGcairan = ..........................................................(3)

2.3.3. Berat Jenis (specific weight)
Berat Jenis (specific weight) suatu fluida adalah besarnya gaya gravitasi yang bekerja pada kerapatan fluida atau didefinisikan sebagai berat tiap satuan volume, dan dirumuskan sebagai berikut (Khaerul, 2014):
          ..............................................................(4)

dimana;
g = berat jenis (N/m3)
r = kerapatan zat, (kg/m3)
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/s2
" = volume (m3)

2.3.4 Tekanan (pressure)
Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, dimana gaya F bekerja secara tegak lurus terhadap luas permukaan A suatu zat (padat, cair, gas),  dalam Khaerul, (2014) maka dapat dirumuskan :
P = ...............................................................................................................(5)
dimana;
p = tekanan (N/m2)
F = gaya (N)
A = luas permukaan (m2)

Satuan SI (Satuan Internasional) untuk tekanan adalah Pa (Pascal) turunan dari Newton/m2. Dalam teknik memang lebih banyak digunakan satuan tekanan lain seperti psi (pound per square inch), bar, atm, kgf/m2 atau dalam ketinggian kolom zat cair seperti cm Hg. Apabila suatu benda berada pada kedalaman h tertentu di bawah permukaan cairan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, maka berat benda membuat cairan tersebut mengeluarkan tekanan. Tekanan yang dipengaruhi oleh kedalaman zat cair ini disebut dengan tekanan hidrostatis. Gaya yang bekerja pada luasan tersebut adalah F = mg = ρAhg, dengan Ah adalah volume benda tersebut, ρ adalah kerapatan cairan (diasumsikan konstan), dan g adalah percepatan gravitasi (Khaerul, 2014).
 









Gambar 1. Tekanan pada tabung
Menurut Khaerul , 2014. Rumus Tekanan hidrostatis Ph adalah

ph =  ................................................................................(6)


2.4. Jenis Jenis Aliran pada pipa
Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida yang di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka atau karena tekanan di dalam pipa sama dengan tekanan atmosfer (zat cair di dalam pipa tidak penuh), aliran temasuk dalam pengaliran terbuka. Karena mempunyai permukaan bebas, maka fluida yang dialirkan dalah zat cair. Tekanan dipermukaan zat cair di sepanjang saluran terbuka adalah tekanan atmosfer (Selpan , 2010).
Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran pada pipa adalah adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu) berupa udara pada saluran terbuka. Jadi seandainya pada pipa alirannya tidak penuh sehingga masih ada rongga yang berisi udara maka sifat dan karakteristik alirannya sama dengan aliran pada saluran terbuka (Kodoatie, 2002 dalam  Selpan, 2010) Perbedaan  yang lainnya adalah saluran terbuka mempunyai kedalaman air (y), sedangkan pada pipa kedalaman air tersebut ditransformasikan berupa (P/y) (Selpan , 2010).

2.5.   Sistem Perpipaan
Sistem perpipaan memegang peranan penting dalam industri di dunia sekarang ini. Seperti pembuluh darah yang terdapat dalam tubuh kita (arteri dan vena) sistem perpipaan digunakan untuk mengalirkan cairan, mencampur, serta barmacam-macam proses lainnya, baik yang sederhana maupun yang kompleks seperti di industri dimana menggunakan berbagai jenis komponen-komponen pipa berbeda untuk mengukur, mengkondisikan, bahkan mengatur aliran fluida itu sendiri. Adapun bagian-bagian dari sistem perpipaan itu sendiri terdiri dari pipa, flange, sambungan (fitting), gasket, katup, reducer, belokan serta komponen-komponen pendukung lainnya (Widhia , 2011).
Sistem perpipaan berfungsi sebagai jalur tranportasi fluida yang ingin dialirkan dari satu komponen ke komponen yang lain. Sistem perpipaan ini harus dirancang sedemikan rupa sehinga mampu menahan beban yang terjadi, baik beban statis dan dinamis yang terjadi. Analisa tergangan pada perpipaan adalah teknik yang dilakukan oleh engineer agar sistem perpipaan tanpa tegangan berlebih (over stress) dan pembebanan berlebih (over loading) pada kompenen pemipaan dengan komponen yang terhubung. Kemampuan sistem perpipaan untuk menahan beban yang bekerja sehingga tidak menyebabkan kegagalan disebut fleksibilitas system perpipaan (Manurung , 2013).

2.6.  Hukum Kontinuitas Aliran
Perbandingan efektifitas kapasitas aliran masuk dan ke luar dalam Sistem perpipaan konstan (Hery, 2011).
Q = v1.A1 = v2.A2......................................................................................(7)
Dimana :
V 1,2 = Kecepatan aliran masuk dan ke luar pipa (m/s)
A 1,2 = Kapasitas aliran masuk dan ke luar pipa (m2)

2.7.   Hukum Bernoulli
Persamaan yang telah dihasilkan oleh Bernoulli tersebut juga dapat disebut sebagai Hukum Bernoulli, yakni suatu hukum yang dapat digunakan untuk menjelaskan gejala yang berhubungan dengan gerakan zat alir melalui suatu penampang pipa. Hukum tersebut diturunkan dari Hukum Newton dengan berpangkal tolak pada teorema kerja tenaga aliran zat cair dengan beberapa persyaratan antara lain aliran yang terjadi merupakan aliran steady (mantap, tunak), tak berolak (laminier, garis alir streamline), tidak kental dan tidak termampatkan. Persamaan dinyatakan dalam Hukum Bernoulli tersebut melibatkan hubungan berbagai besaran fisis dalam fluida, yakni kecepatan aliran yang memiliki satu garis arus, tinggi permukaan air yang mengalir, dan tekanannya. Bentuk hubungan yang dapat dijelaskan melalui besaran tersebut adalah besaran usaha tenaga pada zat cair.
Persamaan yang ditulis secara umum yang menyatakan Hukum Bernoulli menyatakan hubungan antara kecepatan aliran dengan tinggi permukaan air dan tekanannya (anonim2, 2010).:
p + ½ ρ v2 + ρ gh = konstan...........................................................................(8)





2.8.   Hukum Kekekalan Massa

Konsep utama dari hukum ini adalah laju kenaikan massa dalam volume control adalah sama dengan laju netto aliran fluida ke dalam elemen batas ( Marbun , 2013).
Secara sederhana dapat ditulis :
 ..............................................................................(9)

2.9.       Hukum Kekelan Momentum

Teorema momentum hanya berkaitan dengan gaya gaya dari luar sesuai dengan hukum kedua Newton dan hasil-hasilnya dapat digunakan dalam berbagai situasi tanpa membutuhkan pengetahuan yang rinci tentang proses-proses internal di dalam fluida itu sendiri. Teorema momentum dapat diterapkan pada aliran aliran baik yang stedi maupun tidak stedi, berdimensi satu, dua atau tiga, dapat mampat ataupun tidak dapat mampat.
Gaya netto dari luar yang bekerja pada fluida dalam sebuah volume kontrol yang telah ditetapkan sama dengan laju perubahan momentum fluida dalam volume kontrol terhadap waktu plus laju. Netto plus atau pemindahan momentum ke luar dari volume kontrol melalui permukaan (S). Inilah teorema momentum untuk mekanika fluida (Sirajuddin, 2016).
Menurut Sirajuddin, (2016) untuk aliran yang stedi, jika kecepatan melintasi permukaan kontrol dianggap sebagai sebuah tetapan, berlaku  :

𝛴F = perubahan momentum
 𝛴F = ( V keluar vk – V masuk vk )..........................................................(10)

Dalam arah simbol x
𝛴F = ( Vx ) keluar vk – (Vx )masuk vk .........................................................(11)

Dengan cara serupa dapat juga menyusun ekspresi untuk arah-arah y dan z. Persamaan (10) juga dapat ditulis sebagai berikut (Sirajuddin, 2016)  :

𝛴Fx = ṁ (VX keluar vk  - Vx masuk vk ) ................................................................(12)

2.10.    Hukum Kekelan Energi
Persamaan energi dihasilkan dari penerapan prinsip kekekalan energi pada aliran fluida. Energi yang dimiliki oleh suatu fluida yang mengalir terdiri dari energi dalam dan energi akibat tekanan, kecepatan, kedudukan. Dalam arah aliran prinsip energi diringkas dengan persamaan umum sebagai berikut (Sirajuddin, 2016).
Enegi di bagian 1

+
Energi yang ditambahkan atau diambil

+
Energi yang hilang

=
Energi dibagian 2

Menurut Sirajuddin (2016), untuk aliran stedi tak mampat yang perubahan energi dalamnya diabaikan, disederhanakan menjadi :
(P1/ſg + V12 /2g + z1 ) + hs – hi = (P2/ſg + V22 /2g + z2 )......................................(13)
Dengan setiap suku dalam dimensi energi persatuan berat fluida (joule per Newton) atau head (meter) dari Persamaan (13) adalah
P1/ſg     = disebut head tekanan
V /2g   =  disebut head kecepatan
z           = disebut head potensial
hs          = Ws/ g = disebut head yang ditambahkan atau diambil
hs  bertanda (-) jika usaha dilakukan oleh pompa pada fluida
                     (+) jika usaha dilakukan oleh fluida pada pompa

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei 2017 di Laboratorium Tehnik dan Konservasi Lingkungan Pertanian Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram

3.2. Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1. Alat-alat penelitian
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: pipa ukuran 3/4 inci, lem pipa , flowmeter, kaca,  katup, pipa 8 inci , kran penutup, penggaris, bak air, besi penyangga, botol, mesin air dan selang.

3.2.2. Bahan-bahan penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: air
3.3. Metode penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan percobaan Laboratorium.

3.4. Prosedur Penelitian
1.    Proses persiapan meliputi pembuatan  gambar desain pompa, pengumpulan bahan- bahan untuk membuat pompa
2.   
Perakitan bahan-bahan menjadi pompa manual sesuai dengan desain, tabung pompa terbuat dari pipa 8 inci yang disambungkan dengan pipa masukan ukuran ¾ inci pada pipa masukan terpasang klep  dan katup untuk menahan air. dan pipa keluaran dengan ukuran  ¾ inci  pada pipa keluaran terdapat kran untuk membuka tutup pipa
3.    Pengujian alat pompa manual. Pengujian dilakukan dengan terlebih dahulu memeriksa alat apakah sudah terpasang dengan baik dan memastikan tidak ada kebocoran. Pompa akan diuji untuk mengetahui pompa tersebut berfungsi dengan baik atau tidak. Pengujian alat dilakukan dengan cara memasukan air ke dalam tabung hingga penuh dengan terlebih dahulu menutup kran keluaran agar air tidak ke luar. Setelah air penuh pada tabung, kemudian tabung ditutup dengan rapat agar udara dari luar tidak masuk dan pastikan tidak terjadi kebocoran baik pada tabung maupun pipa. Setelah tabung terisi penuh dengan air kemudian keran pengeluaran dibuka sehingga air ke luar dan terjadi tekanan, karena perbedaan tekanan di luar dengan di dalam tabung  yang membuat air terpompa naik  masuk pada pipa masukan.
4.    Pengambilan data dengan mengukur debit air dari bak penampung  yang masuk ke tabung pompa dan yang  ke luar dari pipa keluaran. Pengambilan data dilakukan  setiap 1 jam sekali dengan 3 kali ulangan. Setiap ulangan dilakukan pengambilan data selama 3 jam menggunakan flowmeter. Selain itu akan ditentukan jenis aliran yang mengalir pada pipa.
5.    Data hasil pengamatan dianalisis dengan membuat tabel dan dihitung dengan program aplikasi microsoft excel.

3.5.       Parameter Penelitian
3.5.1. Parameter desain pompa
Parameter yang diamati dalam desain pompa manual ini adalah
1.        Diameter pipa hisap (pemasukan) (m)
2.        Diameter pipa tekan (pengeluaran) (m)
3.        Diameter tabung (m)
4.        Tinggi hisap ( h hisap) (m)
Tinggi hisap merupakan tinggi lubang pemasukan sampai ke dasar permukaan tabung pompa.
5.        Tinggi tabung (m)
6.        Volume tabung (m3)
7.        Volume  air dalam tabung (liter)
8.        Jarak lubang pemasukan pipa hisap dengan pipa pengeluaran (m)
9.        Suhu air  ( ºC )
Pengukuran suhu  air dilakukan pada pipa masuk dan pipa keluar menggunakan termometer 
10.    Viskositas kinematis (x10-3 N.s/m2 )
Pengamatan visikositas kinematis dilakukan menggunakan tabel sifat air dan nilai dari visikositas kinematis air dapat diketahui dengan mengukur suhu air.
Tabel 1. Sifat air
Temperatur
 ( ºC )
Visikositas
(x10-3 N.s/m2 )
0
5
1,79 x 10-3
1,51 x 10-3
10
15
1,31 x 10-3
1,14 x 10-3
20
25
1 x 10-3
8,91 x 10-4
30
35
7,96 x 10-4
7,2 x 10-4
40
50
6,53 x 10-4
5,47 x 10-4
60
70
4,66 x 10-4
4,04 x 10-4
80
90
3,54 x 10-4
3,15 x 10-4
100
2,28 x 10-4



3.5.2. Parameter kerja pompa

Parameter yang diamati untuk kinerja  pompa manual adalah :

1.      Debit air
Debit aliran dipergunakan untuk menghitung kecepatan aliran pada masing masing pipa ( Ridwan, 2009).
Q =  ............................................................................................................(14)
Dimana :
Q   = Debit Penetesan (l/jam)
V   = Volume (liter / m3)
t     = Waktu (jam)

2.      Menghitung Kecepatan Aliran
V =    ........................................................................................................(15)
Dimana  :
V   = Kecepatan Aliran (m/s)
Q   = Debit (m3/s)
A   = Luas Penampang (m2)

3.      Bilangan Reynold
Menurut Osborn Reynolds , ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan aliran yaitu kekentalan zat cair μ (mu), rapat masa zat cair ρ (rho), dan diameter pipa D. Hubungan antara μ , ρ , dan D yang mempunyai dimensi sama dengan kecepatan adalah Reynolds menunjukkan bahwa aliran dapat diklasifikasikan berdasarkan suatu angka tertentu. Angka tersebut diturunkan dengan membagi kecepatan aliran di dalam pipa dengan nilai, yang disebut dengan angka Reynolds. Angka Reynolds mempunyai bentuk berikut ini ( Selpan , 2010).
Visikositas dinamis
Re = …………………….……..................................................(16)
Dimana :
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
d = diameter dalam pipa (m)
V = kecepatan aliran rata-rata fluida (m/s)
μ = viskositas dinamik fluida (N.s/m2)
v = viskositas kinematis (m2/s)

4.        Head Losses Pipa Hisap dan Head Losses Pipa Tekan ( Mayor)
Mayor losses di hitung dengan menggunakan salah satu dari dua rumus Persamaan Darcy – Weisbach (Khairul, 2014 ).

Hf = f  .........................................................................................(17)

Dimana :
Hf = kerugian head karena gesekan (m)
f  = faktor gesekan
d = diameter dalam pipa (m)
L = panjang pipa (m)
V = kecepatan aliran rata-rata fluida dalam pipa (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/ s2) .


5.        Head Losses Minor pada Pipa Hisap dan Pipa Tekan
a.        Kerugian Karena belokan
Belokan pada pipa menghasilkan kerugian head yang lebih besar dari pada jika pipa lurus. Untuk mengetahui nilai kerugian karena belokan digunakan rumus   sebagai berikut (Munson 2005):
 Hlb = f  ……………………………………………............................…(18)
Dimana :
Hlb = kerugian akibat adanya belokan
F     = koefisien kerugian karena adanya belokan
v     = kecepatan (m/s)
g     = percepatan gravitasi (m/s  )

20
40
60
80
90
F
0,05
0,14
0,36
0,74
0,98

b.        Kerugian Karena pengluaran
Suatu kerugian head (kerugian karena pengeluaran ) juga dihsilkan apabila fluida mengalir dari sebuah pipa kedalam tangki. Untuk mengetahui nilai kerugian karena belokan digunakan rumus   sebagai berikut (Munson 2005):
 hlk =   ………………………………….........................…….………(19)
Dimana :
Hlk = kerugian akibat keluaran pipa
v     = kecepatan (m/s)
g     = Percepatan gravitasi (m/s  )

c.         Kerugian Karena sanbungan
Untuk menghitung kerugian head karena sabungan digunakan rumus Fuller (Sularso, 2002)  :
 hb = f   (m)...................................................………………………………………….....(20)

Dimana :
f = koefisien kehilangan karena sambungan.

  F = [0,131+1,847(  )´³] (  ) ´]………………......................…....(21)
Dimana :
R = jari – jari lengkungan sumbu sambungan

d.        Kerugian karena kran atau katup
Tujuan dari penggunaan sebuah katup adalah untuk memberikan suatu cara  mengatur laju aliran yaitu dengan membuka atau menutup katup maka akan merubah pola aliarnya, yang pada akhirnya akan mengubah kerugian yang berkaitan dengan aliran yang melalui katup tersebut. Rumus yang paling umum digunakan untuk menentukan kerugian head losses akibat katup yaitu (Munson 2005)  :

 hlk = f  …………………………………….........................…………(22)
Dimana :
hlk = kerugian karena adanya katub
f      = koefisien kerugian karena adanya katub
v     = kecepatan (m/s)
g     = percepatan gravitasi (m/s  )

a.           
Studi literatur atau pengumpulan informasi
Pengumpulan alat dan  bahan untuk membuat pompa manual
Desain dan peraikitan alat pompa manual
Mulai
 













   ya
Pengujian alat pompa manual

                                                                    


                             tidak


                            
 


Mengukur parameter
1.         Desain pompa (Diameter pipa hisap, Diameter pipa tekan Diameter tabung , Tinggi hisap, Tinggi tabung , Volume tabung, Volume  air dalam tabung , Jarak lubang pemasukan pipa hisap dan pipa pengeluran, Suhu air, Viskositas kinematis.
2.         Parameter kerja pompa (debit air, kecepatan aliran, bilangan reynold, head losses mayor dan minor)
   




















A
 



                                                                     
A
Analisis data
                     




selesai
Debit air, kecepatan aliran, bilangan reynold, head losses mayor dan minor
 















Gambar 2. Diagram alir proses penelitian

4
1
2
7
8
6
5
3


Gambar 3. Desain Pompa

Keterangan
1.      Klep
2.      Bak air
3.      Pipa masukan
4.      Tutup tabung
5.      Tabung
6.      Pipa keluaran
7.      Dudukan tabung
8.      Kran pembuka/ penutup


100cm
150cm
500cm
50 cm
50 cm
55 cm
200 cm
5 cm
Gambar 4. Ukuran Desain Pompa

Pompa ini adalah pompa gravitasi. Cara kerja alat ini adalah memanfaatkan tekanan yang dihasilkan oleh air akibat dari vakumnya udara di dalam pompa dan gaya gravitasi. Tabung pompa terlebih dahulu diisi penuh dengan air dengan menutup rapat pipa keluaran dan pipa masukan. pipa masuk harus berada di dalam bak sumber air. Kemudian tutup rapat tabung pompa sampai tidak ada kebocoran (vakum), buka kran pengluaran. saat air ke luar dari tabung pompa,  maka akan terjadi perbedaan tekanan di dalam tabung pompa yang lebih besar dari  tekanan udara di luar sehingga tabung pompa (vacum) tersebut mampu menghisap dan mengangkat  air yang ada pada  bak sumber air. Air akan terus mengalir selama tidak ada kebocoran. Namun  pada alat pompa gravitasi ini sumber air harus berada lebih tinggi dari pipa keluaran. Oleh karena itu alat ini disebut pompa gravitasi karena memanfaatkan  gaya gravitasi air.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Penelitian
Penelitian ini  dilakukan bertujuan untuk mendesain dan menganalisis  pompa air tanpa listrik (manual) untuk memenuhi kebutuhan air di daerah perbukitan. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis 2 parameter yaitu parameter desain pompa dan parameter kinerja pompa yang dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental. Peralatan instalasi model pengujian pompa gravitasi yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 5. Perancangan model pompa gravitasi menggunakan korelasi-korelasi  pada percobaan Hk. Boyle pada air mancur tanpa listrik dan buku keterampilan berfikir kompleks dan implementasi dalam pembelajaran fisika (Darliana, 2007)  
4



3
6
8
2
1
7
5
 








Gambar 5 . desain pompa gravitasi

Keterangan
1.      Bak penampung
2.      Klep
3.      Pipa masuk
4.      Tutup pompa
5.     
Pompa
6.      Pipa ke luar
7.      Katup
8.      Dudukan tabung pompa

r
 h
 





Gambar 6 . Tabung Pompa

Tabung pompa terbuat dari pipa 6 inci dengan tinggi tabung (h) 0,6 m dan diameter 0,1524 m. Sehingga diperoleh volume tabung adalah 0,010 m3. Tabung pompa ini harus dibuat vakum agar tekanan yang dihasilkan maksimal.

         r




Gambar 7 . Pipa Masuk Dan Pipa Ke Luar

Pipa masuk dan pipa pengeluaran pada pompa gravitasi ini memiliki ukuran yang sama yaitu ¾ inci dengan jari jari 0,00952 m. Panjang pipa masuk adalah 1,5 m dan pipa ke luar sepanjang 1,5 m. Pemasangan posisi pipa masuk dan pipa ke luar yang berbeda pada tabung menyebabkan pipa ke luar terlihat lebih panjang. Pemasangan posisi pipa masuk berada pada ketinggian 55 cm dari permukaan tabung dan pemasangan pipa ke luar berada pada ketinggian 5 cm dari permukaan tabung untuk mendapatkan tekanan yang lebih besar.
Pompa gravitasi ini dapat bekerja apabila sumber air berada lebih tinggi dari pipa pengeluaran sehingga pompa ini bekerja sebagai pompa pemindah air pada suatu lingkungan yang tidak dapat  dipasang sistem aliran terbuka maupun tertutup. Untuk mendapatkan keadaan tersebut pada penelitian ini sumber air atau bak sumber air di naikan 1m dari pipa pengeluaran.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui kinerja pompa manual dengan hasil perancangan pompa seperti Gambar 5. dengan mengukur volume air per jam menggunakan alat flowmeter yang diletakkan pada pipa masukan dan pipa pengeluaran pompa. Dari hasil pengambilan data diperoleh nilai debit (Q)  yang dapat digunakan  sebagai dasar untuk menghitung kecepatan aliran, bilangan reynold , head losses mayor dan head losses minor sesuai dengan rumus-rumus yang telah ditentukan. Hasil dari perhitungan tersebut akan di tampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil penelitian adalah sebagai berikut

Tabel 1. Pengujian Tekanan Berbagai Ketinggian Pipa Ke luar
Jarak Pipa Dari Sumber Air (m)
Tekanan
(pa)
Debit
 (m3/s)
Kecepatan (m/s)
1
0,85
-878675
-731675
0,000892857
0,000359712
3,13283208
1,262148176
0,6
0,45
-486675
-339675
0,000280112
0,000221239
0,98284928
0,776276976

0,6
1
0,85
0,455
Gambar 8. Grafik Hubungan Tekanan Dengan Ketinggian Pipa Ke luar
Pada penelitian ini jarak antara sumber air dengan pipa ke luar sangat penting untuk diperhatikan. Dalam penelitian ini ketinggian air pada bak penampung diasumsikan menjadi tekanan atmosfer yang bernilai 1 Atm. Dari data pada tabel 1 dan Gambar 8. menunjukkan bahwa semakin jauh jarak nilai tekanan udara dari tekanan atmosfer maka kecepatan juga semakin besar. Pada jarak pipa 1 meter  mempunyai nilai tekanan di bawah atmosfer yaitu -878675 pa memiliki kecepatan 3,13283208 m/s. Semakin dekat jarak sumber air dengan pipa keluaran maka tekanan udara semakin meningkat dan kecepatan semakin berkurang seperti pada jarak pipa 0,45 mempunyai tekanan -339675 pa dan kecepatan sebesar 0,776276976 m/s.  Sesuai dengan prinsip Bernoulli di dalam mekanika fluida  menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida , peningkatan pada kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut (Bahri, 2013).

4.2. Pengukuran Debit Pada Pipa Masuk Dan Pipa Ke Luar
Debit merupakan volume air yang mengalir dalam satuan waktu tertentu. Pengukuran debit dilakukan menggunkan alat flowmeter yang dipasang pada pipa masuk dan pipa pengeluaran. Pada penelitian ini pengukuran dilakukan setiap satu jam sekali. Sehingga didapatkan hasil seperti Tabel 2. Di bawah ini.
Tabel 2. Pengukuran Debit

Pipa
Debit flowmeter (m3/s)
Ulangan
1
2
3
Masuk
0,000184
0,000181
0,000173
Ke luar
0,000189
0,000136
0,000128




Gambar 9. Grafik Pengukuran Debit

Dari data pada grafik pengukuran debit pada pipa masuk dan ke luar didapatkan hasil pada ulangan yang pertama memiliki jumlah debit yang paling tinggi yaitu 0,000184 m3/ s untuk pipa masuk dan 0,000189 m3/ s untuk pipa keluaran dan semakin lama terjadi penurunan debit air hal ini disebabkan karena berkurangnya kecepatan aliran pada pipa. Kapasitas atau debit aliran dalam pipa sangat bergantung dengan kecepatan aliran fluida dan luas penampang pipa (Khaeirul, 2010).

4.3. Pengukuran Kecepatan Aliran Pada Pipa Masuk Dan Pipa Ke luar
Tabel 3. Kecepatan Aliran Pada Pipa Masuk Dan Pipa Ke luar

Pipa
Kecepatan Aliran  (m/s)
Ulangan
1
2
3
Masuk
0,6487719
0,635789
0,6101754
Ke luar
0,6631579
0,477193
0,4491228
 
Gambar 10. Grafik Kecepatan Aliran Pada Pipa Masuk Dan Ke luar
Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa kecepatan fluida pada pipa masuk maupun ke luar di setiap ulangan bervariasi dan cendrung mengalami penurunan. Penurunan kecepatan aliran ini dipengaruhi oleh panjang pipa, luas penampang dan tekanan. Panjang pipa sangat berpengaruh karena semakin panjang pipa keluar dan jauh dari tekanan atmosfer atau sumber air maka tekanan udara semakin kecil dan kecepatan semakin meningkat. Panjang pipa untuk pipa masuk adalah 100 cm dan pipa ke luar adalah 150 cm. Dalam rangkaian pipa masuk maupun pipa ke luar terjadi penyempitan dan pembesaran pada pipa karena pemasangan dari alat flowmeter. Penyempitan dan pembesaran pipa yang terjadi mempengaruhi kecepatan aliran pada pipa. Sesuai dengan hukum Bernoulli yang menyatakan bahwa apabila tekanan aliran fluida pada pipa memiliki nilai besar maka nilai kecepatan akan turun dan sebaliknya apabila nilai tekanan turun maka nilai kecepatan akan naik. Sehingga dengan adanya penurunan kecepatan ini dapat mengurangi kerugian kerusakan instalasi perpipaan
(Rahmat, 2010).

4.4. Pengukuran Bilangan Reynold
Teori Reynolds merumuskan bahwa untuk aliran internal (internal flow) atau aliran yang mengalir dalam pipa, jenis aliran yang terjadi dapat diketahui dengan mendapatkan bilangan Reynoldsnya. Jenis aliran berdasarkan bilangan Reynolds untuk aliran internal untuk Re < 2300 aliran adalah laminar, Re > 4000 aliran adalah turbulen dan untuk nilai antara 2300 -  4000 aliran adalah transisi (Raswari, 1986 dalam Rahmat, 2010). Karakteristik struktur aliran internal (dalam pipa) sangat tergantung dari kecepatan rata-rata aliran dalam pipa, densitas, viskositas dan diameter pipa.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Bilangn Reynold

Pipa
Bilangan Reynold
Ulangan
1
2
3
Masuk
13886,6
13608,5
13060,4
Ke luar
14194,4
10214
9613,2


Gambar 11. Grafik Bilangan Reynolds Pada Pengukuran Pipa Masuk Dan Ke luar


Berdasarkan Tabel 4 didapatkan bahwa nilai dari masing-masing ulangan lebih dari 4000 sehingga jenis aliranya adalah turbulen. Nilai bilangan reynolds terbesar pada ulangan pertama masing-masing pipa masuk yaitu bilangan reynold 13386,6 dan pada pipa ke luar dengan bilangan reynold 14194,4. Untuk bilangan reynold terkecil terdapat pada ulangan ke-3 untuk pipa ke luar yaitu bilangan reynold 9613,2. Adanya perubahan debit menyebabkan kecepatan alirannya berubah sehingga berimbas pada bilangan Reynolds dimana kecepatan aliran selalu berbanding lurus terhadap bilangan Reynolds. Jadi makin besar kecepatan alirannya maka makin besar pula bilangan Reynoldsnya ( Helmizar, 2010).



4.5. Pengukuran Head Losses Mayor
Menurut Helmizar, 2010 Istilah head losses muncul sejak diawalinya percobaan-percobaan hidrolika abad ke sembilan belas, yang sama dengan energi persatuan berat fluida. Namun perlu diingat bahwa arti fisik dari head losses adalah kehilangan energi mekanik persatuan massa fluida. Sehingga satuan head losses adalah satuan panjang yang setara dengan satu satuan energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu satuan massa fluida setinggi satu satuan panjang yang bersesuaian. Head losess dibagi menjadi dua yaitu head losses mayor dan head losses minor.
Tabel 5. Pengukuran Head Losses Mayor

Pipa
Head losses Mayor (m)
Ulangan
1
2
3
Masuk
7,338189
7,25409472
6,850394
Ke luar
7,2755908
5,858267904
5,587717

 
Gambar 12. Grafik  Pengukuran Head Losses Mayor

Head Losses Mayor terjadi  akibat adanya kekentalan zat cair dan turbulensi karena adanya kekasaran dinding batas pipa dan akan menimbulkan gaya gesek yang akan menyebabkan kehilangan energi disepanjang pipa dengan diameter konstan pada aliran seragam. Kehilangan energi sepanjang satu satuan panjang akan konstan selama kekasaran dan diameter tidak berubah (Selpan,2010). Perhitungan kerugian gesek di dalam pipa dipengaruhi oleh pola aliran, untuk aliran laminar dan turbulen akan menghasilkan faktor gesekan yang berbeda, hal ini karena karakteristik dari aliran tersebut. aliran turbulen, faktor gesekan, f dapat dicari dengan menggunakan diagram Moody (Gambar 13). Diagram Moody adalah diagram faktor gesekan fungsi bilangan Reynold dan kekasaran relatif pipa, kekasaran relatif  pipa dapat dilihat pada Tabel 6.
Dari hasil pengamatan diperoleh nilai head losses mayor tertinggi terdapat pada pipa masuk dan pipa ke luar pada ulangan pertama yaitu 7,338189 m untuk pipa masuk dan 7,2755908 m untuk pipa ke luar, pada ulangan ke dua dan ke tiga terjadi penurunan nilai head losses mayor yang signifikan pada pipa ke luar yaitu 5,858267904 m untuk ulangan ke 2 dan 5,587717 m untuk ulangan ke tiga. Nilai head losses mayor ini dipengaruhi oleh nilai dari bilangan Reynold, terlihat semakin tinggi bilangan Reynold yang menunjukkan semakin tinggi kecepatan, maka koefisien gesek menunjukkan trend naik. Bilangan Reynold terkorelasi dengan kecepatan, dan makin besar kecepatan yang menunjukkan makin tinggi bilangan Reynold, maka makin besar koefisien gesek (f) yang terjadi (Helmizar, 2010). Hal tersebut dapat diartikan apabila nilai kecepatan fluida rendah maka nilai head losses akan rendah dan sebaliknya apabila nilai kecepatan tinggi maka nilai head losses akan tinggi pula.



 








Gambar 13. Diagram Moody

Tabel 6. Kekasaran  Rata Rata Pipa Komersial

Permukaan
Koefisien kekasaran mutlak
-K-
Mm
Feet
Tembaga,Timbal, kuningan,Aluminium (baru)
0,001 - 0,002
(3,33 - 6,7)10 -6
Pipa PVC dan Plastik
0,0015 - 0,007
(0,5 - 2,33)10 -5
Stainless steel
0.015
5x10 -5
Baja komersial pipa
0,045 - 0,09
(1,5 - 3)10 -4
Membentang baja
0.015
5x10 -5
Weld baja
0.045
1.5x10 -4
Baja galvanis
0.15
5x10 -4
Beton kasar
0,3 – 5
(1 - 16,7)10 -3
Terencana kayu
0,18 - 0,9
0.59 - 2.95
Biasa kayu
5
16.7x10 -3

4.6. Head Losses Minor
          Menurut rahmat 2010 Untuk setiap sistem pipa, selain kerugian tipe moody yang dihitung untuk seluruh panjang pipa, ada pula yang dinamakan kerugian kecil (kerugian minor). Kerugian kecil ini disebabkan antara lain oleh lubang masuk atau lubang keluar pipa, pembesaran atau pengecilan secara tiba–tiba, belokan, sambungan, katup dan pengecilan dan pembesaran secara berangsur angsur.
4.6.1. Kerugian Akibat Belokan
Tabel 7. Kerugian Minor Akibat Belokan

Pipa
Nilai Kerugian Akibat Belokan (m)
Ulangan
1
2
3
Masuk
0,021045
0,020211
0,018615
Ke luar
0,021988
0,011386
0,010085

Gambar 14. Grafik Kerugian Akibat Belokan Pada Pipa Masuk Dan Pipa Ke Luar

Belokan pada pipa menghasilkan kerugian head yang lebih besar dari pada jika pipa lurus pada aliran yang mengalami pengecilan maupun mengalami pembesaran secara mendadak. Kerugian-kerugian tersebut disebabkan daerah-daerah aliran yang terpisah didekat sisi dalam belokan (khususnya jika belokan tajam) dan aliran sekunder yang berpusar karena ketidak seimbangan gaya-gaya sentripetal akibat kelengkungan sumbu pipa (Munson, 2005). Dari pengujian yang dilakukan diperoleh nilai head losses untuk ulangan pertama pada pipa masuk sebesar 0,021045 m dan pipa ke luar sebesar 0,021988 m dan untuk ulangan ke dua dan ke tiga mengalami penurunan nilai head losses yaitu untuk ulangan ke dua pada pipa masuk nilai head losses sebesar 0,020211 m pipa ke luar 0,011386 m sedangkan pada ulangan ke tiga untuk pipa masuk nilai head lossesnya adalah 0,018615 m dan pipa ke luar sebesar 0,010085 m. Penurunan nilai head losses terjadi karena seiring dengan berkurangnya kecepatan dan rendanya bilangan reynold pada pipa  masuk dan pipa ke luar. Sesuai dengan hasil penelitian Helmizar, 2010 menyatakan bahwa kenaikan bilangan Reynold akan menyebabkan kenaikan rugi-rugi aliran (head losses minor).

4.6.2. Kerugian Akibat Pengeluaran
Tabel 8. Kerugian Akibat Pengeluaran

Pipa
Nilai Kerugian Akibat Pengeluaran (m)
Ulangan
1
2
3
Masuk
0,0214746
0,0206233
0,018995277
Ke luar
0,0224371
0,0116179
0,010291264

Gambar 15. Grafik Kerugian Akibat Pengeluaran Pada Pipa Masuk Dan Pipa Ke luar
          Suatu kerugian head akibat pengeluaran juga dihasilkan apabila suatu fluida mengalir dari sebuah pipa ke dalam tangki. Dalam hal-hal seperti ini seluruh energi kinetik dari fluida yang ke luar akan hilang melalui efek viskositas ketika arus fluida bercampur dengan fluida di dalam tangki dan kemudian akhirnya diam sehingga ekuivalen dengan satu head kecepatan atau KL= 1 (Munson, 2005). Head Losses Minor akibat pengeluaran pada pipa didapatkan hasil bahwa nilai head losses terbesar pada pipa masuk dan ke luar pada ulangan pertama yaitu 0,0214746 m untuk pipa masuk dan ,0224371 m pipa ke luar. Pipa ke luar memiliki nilai head losses yang lebih besar dari pada pipa masuk hal ini dikarenakan pada pipa ke luar pada desain pompa terdapat belokan yang menambah kerugian dan memperlambat kecepatan aliran sehingga aliran pada pipa ke luar sangat jauh berbeda dengan pipa masuk terutama pada ulangan kedua dan ketiga.

4.6.3 Kerugian Akibat Perubahan Ukuran Pipa
Tabel 9. Kerugian Akibat Perubahan Ukuran Pipa

Pipa
Nilai Kerugian Akibat Perubahan Ukuran Pipa (m)
Ulangan
1
2
3
Masuk
0,03414464
0,03279101
0,03020249
Ke luar
0,03567505
0,01847242
0,01636311

Gambar 16. Grafik  Kerugian Akibat Perubahan Ukuran Pipa
          Kerugian-kerugian juga terjadi karena suatu perubahan dari diameter pipa. Suatu pembesaran mendadak adalah satu dari sedikit komponen dimana koefisien kerugianya dapat dianalisis dengan sebuah anlisis sederhana. Dalam banyak hal aliran di dalam pembesaran mendadak atau pengecilan mendadak dengan kondisi awal fluida meninggalkan pipa yang lebih kecil dan pada awalnya memasuki pipa yang lebih besar dengan kecepatan tinggi dan setelah jarak beberapa diameter dari pembesaran kecepatan fluida menjadi berkurang akibat fluida tersebar diseluruh penampang pipa yang lebih besar (Munson, 2005). Dengan adanya  pertambahan luas penampang yang diperbesar sehingga terjadi perubahan kecepatan aliran yang mengakibatkan naiknya tekanan statis aliran. Kerugian tekanan statis yang ditimbulkan semakin kecil seiring dengan naiknya debit pada perluasan penampang (rahmat, 2010). Dari Tabel 9. Pengaruh perubahan ukuran pipa terjadi paling besar pada pipa masuk dan pipa ke luar untuk ulangan pertama yaitu masing masing  0,03414464 m dan 0,03567505 m. Nilai kerugian akibat perubahan ukuran pipa yang paling kecil adalah pada ulangan ke tiga pada pipa ke luar yaitu sebesar 0,01636311 m. Luas penampang yang diperkecil memungkinkan alirannya semakin cepat sehingga tekanan statisnya juga semakin kecil, dengan kata lain tekanan statis berbanding lurus dengan luas penampang, tetapi tidak untuk koefisien kerugiannya. Kerugian juga dipengaruhi oleh kecepatan aliran fluida, semakin besar kecepatan aliran maka kerugian tekanan akan semakin membesar pada saat melewati sambungan.

4.6.4. Kerugian Akibat Katup
             Ada banyak desain katup yang berbeda dalam penggunaan komersial. Katup tersebut berfungsi untuk mengontrol laju aliran dalam pipa. Ketika katup ditutup, nilai K adalah tak terbatas dan tidak ada aliran fluida. Dengan membuka katup akan mengurangi nilai KL  dan menghasilkan laju aliran yang diinginkan.
Tabel 10. Kerugian Akibat Katup

Pipa
Nilai Kerugian Akibat Katub (m)
Ulangan
1
2
3
Ke luar
0,00112
0,00058
0,000515


Gambar 17. Grafik Kerugian Akibat Katup
          Dari hasil percobaan nilai kerugian akibat katup hanya terdapat pada pipa ke luar karena pada penelitia ini hanya menggunkan satu buah katup yang berada pada pipa keluaran berdasarkan Tabel 10 nilai kerugian akibat katup mengalami penurunan setiap ulangan. Ulangan pertama memiliki nilai kerugian yang paling besar yaitu 0,00112 m, ulangan kedua 0,00058 m dan ulangan ke tiga 0,000515 m. Hal ini dipengaruhi oleh tekanan dan kecepatan dari fluida. Seperti pada banyak komponen-komponen sistem kerugian head  pada pipa baik mayor maupun minor disebabkan oleh dispasi energi dan bagian fluida yang berkecepatan tinggi (Munson, 2005).


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Semakin jauh jarak pipa pengeluaran dengan sumber air maka tekanan akan semakin kecil dan kecepatan aliran akan semakin besar.
2.      Turunnya volume air pada pompa akan membuat volume udara semakin besar yang berpengaruh terhadap tekanan yang semakin besar, Semakin besar tekanan maka kecepatan akan semakin kecil.
3.      Debit berbanding lurus dengan kecepatan, semakin cepat aliran fluida maka debit akan semakin besar.
4.      Kecepatan sangat berpengaruh terhadap bilangan reynold dan head losses mayor dan minor, semakin besar nilai kecepatan maka bilangan reynold dan head losses akan semakin besar.
5.2.  Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan, maka penulis menyarankan untuk melakukan pengembangan penelitian dengan  desain pompa yang berbeda dan variasi pipa masuk dan ke luar yang berbeda agar didapat pompa yang efisien.