BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Istilah
manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada
keseragaman.Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan
ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:
1.
Manajemen sebagai suatu proses,
2.
Manajemen sebagai kolektivitas
orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
3. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu
pengetahuan (Science)
Menurut
pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda
definisi yangdiberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi
manajemen menurut pengertianyang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi.
Dalam
Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu
proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan
diawasi.
Selanjutnya,Hilman
mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui
kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan
yang sama.
Menurut
pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan
aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan
aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.
Menurut
pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu
pnegetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat,
segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain
mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama
mengandung kebenarannya.
Menurut
G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbinganatau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksudyang nyata.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
DEFENISI
STAFFING
Staffing adalah salah satu fungsi manajemen yang melakukan
penarikan, penyeleksian, pengembangan dan penggunaan Sumber Daya Manusia (SDM)
untuk pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Hubungan
staffing dengan pengorganisasian :
Organizing yaitu berupa penyusunan wadah legal yang
menampung berbagai kegiatan yang harus dilakukan pada suatu
organisasi.Sedangkan staffing berhubungan dengan penerapan orang-orang yang
memangku masing-masing jabatan yang terdapat di dalam organisasi.Jika
diibaratkan sebuah kendaraan, pengorganisasian menyiapkan kendaraan, sedangkan staffing
mengisi pengemudinya.
Ketika manajer melaksanakan fungsi staffing, hal itu akan
sangat berpengaruh terhadap tingkat pencapaian tujuan (kinerja organisasi). Prinsip Staffing“mengarahkan karyawan yang tepat
untuk berkontribusi terhadap pencapaian tujuan dalam sistem manajemen” (The Right Man on The Right Place).
2.2
PROSES PENYUSUNAN PERSONALIA
Penyusunan personalia adalah yang
berkenaan dengan penarikan, fungsi manajemenpenetapan, pemberitahuan latihan,
dan pengembangan anggota-anggota organisasi. Dalam bab ini akan dibahas
bagaimana organisasi menentukan kebutuhan sumber daya manusia sekarang dan di
waktu yang akan datang.Kegiatan-kegiatan penyusunan personalia sangat erat
hubungannya dengan tugas-tugaskepemimpinan, motivasi, dan komunikasi,sehingga
pembahasannya sering ditempatkan sebagai bagian dari fungsi pengarahan. Tetapi
fungsi ini berhubungan erat denganfungsipengorganisasian, dimana pengorganisasian
mempersiapkan kendaraan nya dan peyusunanpersonalia mengisi pengemudinya yang
sesuai gengan posisi kerja yang ada. Akhirnya, fungsi penyusunan personalia
harus dilaksanakan oleh semua manajer, baik mereka mengolah perusahan besar
ataupun menjadi pemilik perusahan kecil.
Proses penyusunan personalia (staffing process) dapan
dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang dilaksanakan terus menerus untuk
menjaga pemenuhan kebutuhan personalia organisasi dengan orang-orang yang tepat
dalam posisi-posisi tepat dan pada waktu yang tepat. Fungsi ini dilaksanakan dalam
dua tipe lingkungan yang berbeda.Pertama, lingkungan eksternal yang meliputi
seluruh faktor di luar organisasi yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhinya.Kedua lingkungan internal, yang terdiri dari unsur-unsur di
dalam organisasi.
1. perencanaan sumber daya manusia,
yang dirancang untuk menjamin pemenuhankebutuhan personalia organisasi.
2. Penarikan, yang berhubungan dengan
pengadaan calon-calon personalia segaris denganrencana sumber daya manusia.
3. Seleksi, mencakup penilaian dan
pemilihan di antara calon-calon personalia.
4. Pengenalan dan orientasi, yang
dirancang untuk membantu individu-individu yang terpilihmenyesuaikan diri
dengan lancar dalamorganisasi.
5. Latihan dan pengembangan.
2.3
PERENCANAAN SDM
2.3.1 Pengertian Perencanaan SDM
Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir
dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh
keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh
keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
Andrew E. Sikula (1981;145) mengemukakan bahwa:“Perencanaan
sumber daya manusia atau perencanaan tenaga kerja didefinisikan sebagai proses
menentukan kebutuhan tenaga kerja dan berarti mempertemukan kebutuhan tersebut
agar pelaksanaannya berinteraksi dengan rencana organisasi”.
George Milkovich dan Paul C. Nystrom (Dale Yoder, 1981:173)
mendefinisikan bahwa:“Perencanaan tenaga kerja adalah proses peramalan,
pengembangan, pengimplementasian dan pengontrolan yang menjamin perusahaan
mempunyai kesesuaian jumlah pegawai, penempatan pegawai secara benar, waktu
yang tepat, yang secara otomatis lebih bermanfaat”.
Perencanaan SDM merupakan proses analisis dan identifikasi
tersedianya kebutuhan akan sumber daya manusia sehingga organisasi tersebut
dapat mencapai tujuannya.
2.3.2 Kepentingan Perencanaan SDM
Ada tiga kepentingan dalam perencanaan sumber daya manusia
(SDM): (1) Kepentingan Individu, (2) Kepentingan Organisasi, (3) Kepentingan Nasional.
1. Komponen-komponen
Perencanaan SDM
Terdapat
beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan SDM, yaitu:
a. Tujuan: Perencanaan
SDM harus mempunyai tujuan yang berdasarkan kepentingan individu, organisasi
dan kepentingan nasional. Tujuan perencanaan SDM adalah menghubungkan SDM yang
ada untuk kebutuhan perusahaan pada masa yang akan datang untuk menghindari
mismanajemen dan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
b. Perencanaan Organisasi : Perencanaan Organisasi merupakan
aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mengadakan perubahan yang positif
bagi perkembangan organisasi.Peramalan SDM dipengaruhi secara drastis oleh
tingkat produksi.Tingkat produksi dari perusahaan penyedia (suplier) maupun
pesaing dapat juga berpengaruh. Meramalkan SDM, perlu memperhitungkan perubahan
teknologi, kondisi permintaan dan penawaran, dan perencanaan karir.
Kesimpulannya, PSDM memberikan
petunjuk masa depan, menentukan dimana tenaga kerja diperoleh, kapan tenaga
kerja dibutuhkan, dan pelatihan dan pengembangan jenis apa yang harus dimiliki
tenaga kerja. Melalui rencana suksesi, jenjang karier tenaga kerja dapat
disesuaikan dengan kebutuhan perorangan yang konsisten dengan kebutuhan suatu
organisasi.
c. Syarat –
Syarat Perencanaan SDM
· Harus
mengetahui secara jelas masalah yang akan direncanakannya.
· Harus mampu mengumpulkan dan
menganalisis informasi tentang SDM.
· Harus mempunyai pengalaman luas
tentang job analysis, organisasi dan situasi persediaan SDM.
· Harus mampu membaca situasi SDM masa
kini dan masa mendatang.
· Mampu memperkirakan peningkatan SDM
dan teknologi masa depan.
· Mengetahui secara luas peraturan dan
kebijaksanaan perburuhan pemerintah.
2.3.3 Proses perencanaan SDM
Strategi SDM adalah alat yang
digunakan untuk membantu organisasi untuk mengantisipasi dan mengatur penawaran
dan permintaan SDM. Strategi SDM ini memberikan arah secara keseluruhan
mengenai bagaimana kegiatan SDM akan dikembangkan dan dikelola.
Pengembangan rencana SDM merupakan
rencana jangka panjang.Contohnya, dalam perencanaan SDM suatu organisasi harus
mempertimbangkan alokasi orang-orang pada tugasnya untuk jangka panjang tidak
hanya enam bulan kedepan atau hanya untuk tahun kedepan. Alokasi ini
membutuhkan pengetahuan untuk dapat meramal kemungkinan apa yang akan terjadi
kelak seperti perluasan, pengurangan pengoperasian, dan perubahan teknologi
yang dapat mempengaruhi organisasi tersebut.
2.3.4 Prosedur Perencanaan SDM
· Menetapkan secara jelas kualitas dan
kuantitas SDM yang dibutuhkan.
· Mengumpulkan data dan informasi
tentang SDM.
· Mengelompokkan data dan informasi
serta menganalisisnya.
· Menetapkan beberapa alternative.
· Memilih yang terbaik dari
alternative yang ada menjadi rencana.
· Menginformasikan rencana kepada para
karyawan untuk direalisasikan.
Metode PSDM ,dikenal atas metode
nonilmiah dan metode ilmiah. Metode nonilmiah diartikan bahwa perencanaan SDM
hanya didasarkan atas pengalaman, imajinasi, dan perkiraan-perkiraan dari
perencanaanya saja.Rencana SDM semacam ini risikonya cukup besar, misalnya
kualitas dan kuantitas tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.Akibatnya
timbul mismanajemen dan pemborosan yang merugikan perusahaan.
Metode ilmiah diartikan bahwa PSDM
dilakukan berdasarkan atas hasil analisis dari data, informasi, dan peramalan
(forecasting) dari perencananya.Rencana SDM semacam ini risikonya relative
kecil karena segala sesuatunya telah diperhitungkan terlebih dahulu.
2.3.5 Pengevaluasian Rencana SDM
Jika perencanaan SDM dilakukan
dengan baik, akan diperoleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut:Manajemen
puncak memiliki pandangan yang lebih baik terhadap dimensi SDM atau terhadap
keputusan-keputusan bisnisnya.
Biaya SDM menjadi lebih kecil karena
manajemen dapat mengantisipasi ketidakseimbangan sebelum terjadi hal-hal yang
dibayangkan sebelumnya yang lebih besar biayanya.Tersedianya lebih banyak waktu
untuk menempatkan yang berbakat karena kebutuhan dapat diantisipasi dan
diketahui sebelum jumlah tenaga kerja yang sebenarnya dibutuhkan.Adanya
kesempatan yang lebih baik untuk melibatkan wanita dan golongan minoritas di
dalam rencana masa yang akan datang.Pengembangan para manajer dapat
dilaksanakan dengan lebih baik.
Kendala-kendala PSDM
1. Standar
kemampuan SDM: Standar
kemampuan SDM yang pasti belum ada, akibatnya informasi kemampuan SDM hanya
berdasarkan ramalan-ramalan (prediksi) saja yang sifatnya subjektif.Hal ini
menjadi kendala yang serius dalam PSDM untuk menghitung potensi SDM secara
pasti.
2. Manusia
(SDM) Mahluk Hidup: Manusia sebagai mahluk hidup tidak
dapat dikuasai sepenuhnya seperti mesin.Hal ini menjadi kendala PSDM, karena
itu sulit memperhitungkan segala sesuatunya dalam rencana. Misalnya, ia mampu
tapi kurang mau melepaskan kemampuannya.
3. Situasi
SDM: Persediaan,
mutu, dan penyebaran penduduk yang kurang mendukung kebutuhan SDM perusahaan.
Hal ini menjadi kendala proses PSDM yang baik dan benar.
4. Kebijaksanaan
Perburuhan Pemerintah: Kebijaksanaan perburuhan pemerintah,
seperti kompensasi, jenis kelamin, WNA, dan kendala lain dalam PSDM untuk
membuat rencana yang baik dan tepat.
2.4
PENARIKANDAN SELEKSI KARYAWAN
Menurut Hardi Handoko Requitment adalah: Suatu proses
pencarian dan pengikatan para calon karyawan atau pelamar calon karyawan yang
mampu untuk melamar sebagai karyawan proses ini di mulai ketika para pelamar di
cari dan berakhir bila lamaran atau aplikasi mereka di serahkan dan hasilnya
setelah para calon karyawan di seleksi.
Menurut Musanif Requitment adalah: Usaha untuk mendapatkan calon-calon
pegawai yang lowong guna mendapatkan sebanyak mungkin calon pelamar yang
memenuhi syarat-syarat untuk job dicription dan analisa yang di minta untuk
jabatan yang lowong pada suatu organisasi untuk di pilih calon-calon yang
terbaik dan cakap menurut mereka.
Saluran-saluran
pegawai
1.
Work in
writing.
2.
Employed
rerfens (rekomendasi dari pegawai).
3.
Iklan
4.
Melalui
jawatan pemerintah.
5.
Agensi
(agen).
6.
Lembaga
pendidikan.
7.
Perusahaan
peneliti profesi.
8.
Melalui
perhimpunan profesi
9.
Organisasi
indonesia (labour organisasi)
10. Lising temporer
11. Melalui organisasi militer.
12. Program-program latihan yang di
biayai pemerintah.
13. Open house.
14. Nepotisent (nepotisme).
Hambatan-hambatan
penarikan pegawai
1. Hambatan kebijakan kompensasi.
2. Kebijakan status.
3. Rencana SDM.
4. Kebijaksanaan promosi dandar dalam
(dari jenjang kejenjang).
5. Kondisi pasar tenaga kerja.
6. Kondisi lingkungan eksteren akibat
pengganguran tinggi perekonomian yang lemah dan tenaga terampil yang langka.
7. Persyaratan jabatan.
8. kondisi lingkungan.
9. Persyaratan kerja.
Seleksi adalah Suatu proses untuk menentukan orang yang di ramalkan
akan berhasil pemangku jabatan itu nanti.Menurut komaruddin Seleksi adalah
Pemilihan terhadap orang-orang, suatu proses untuk menilai kemungkinan
keberhasilan atau kegagalan seseorang untuk melaksanakan pekerjaanya. Sedangkan
tujuan Seleksi menurut Manullang adalah Memperoleh tenaga kerja yang memenuhi
syarat dan mempunyai kwalifikasi sebagaimana tercantum di dalam Job
Description.
Secara
umum ada 3 tujuan seleksi:
1. Untuk mengetahui kecakapan seorang
pegawai.
2. Berusaha untuk mendapatkan tenaga
kerja yang cocok dengan pekerjaan yang dipangkunya.
3. Berusaha untuk mendapatkan tenaga
kerja tidak hanya yang cock pada saat sekarang tetapi tenaga kerja yang
memiliki potensi untuk di kembangan di kemudian hari.
2.4.1 Proses seleksi
Proses seleksi di mulai salah semua lamaran memenuhi syarat
dan di terima. Proses ini melibatkan serangkaian tahap yang menambah
komplektivitas sebelum pegawai di ambil. Jadi proses seleksi adalah Serangkaian
kegiatan yang di gunakan untuk memutuskan apakah pelamar di terima atau tidak.
Langkah-langkah ini mencakup pemanduan kebutuhan pelamar dan organisasi.Dalam
banyaknya personalia penarikan dari seleksi di gabungkan dan disebut dengan
istilah Employedment pansel.
Proses seleksi adalah: Pusat manajemen kepegawaian dan
requitment dilakukan untuk membantu proses seleksi ini. Bila seleksi diadakan
tidak tepat maka daya upaya sebelumnya akan sia-sia saja oleh karena itu
tidaklah berlebihan bila di nyatajkan bahwa seleksi adalah kunci sukses
manajeme kepegawaian. Bahwa kunci sukses organisasi.
2.4.2 Metode seleksi
Menurut Manullang merupakan dasar penyeleksian yaitu:
1. Keahlian.
Mencakup
3 aspek: Tehnikal skill, human skill, dan
konseptual skill.
2. pengalaman kerja.
3. Umur.
4. Jenis kelamin.
5. Keadaan fisik.
6. Perfonmance (penampilan)
7. Bakat.
8. Temperamen.
9. Karakter.
Untuk eksternal
1. Penerimaan pendahuluan.
2.
Test-test penerimaan.
3.
Wawancara seleksi.
4.
Pemeriksaan referensi.
5.
Evaluasi medis (test kesehatan).
6.
Wawancara kepada atasan langsung.
7.
Keputusan.
Psikologi test di lakukan yaitu di lakukian berbagai
peralatan test yang mengatur menguji keberanian temperamen kecerdasan,
ketrampilan dan prestasi.
Bentuk-bentuk test ini mencakup
1.
Intelegensi test.
2.
Pesonality test.
3.
Aptuted test (bakat).
4.
Interes test.
5.
Achiment test.
6.
Knowledged test.
7.
Fermonce test
2.5
PELATIHAN KARYAWAN DAN PENGEMBANGAN
Tujuan latihan dan pengembangan karyawan adalah untuk
memperbaiki efektivitas kerja karyawan dan mencapai hasil-hasil kerja yang
telah ditetapkan.Peningkatkan efektivitas kerja dapat dilakukan dengan latihan
(training) dan atau pengembangan.Latihan dimaksudkan untuk memperbaiki
penguasaan keterampilan-keterampilan dan teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan
tertentu, terperinci dan rutin.Sedang pengembangan lebih luas ruang lingkupnya
dalam meningkatkan kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian serta
penyesuaian diri dengan kemajuan teknologi.
Pada
umumnya karyawan dikembangkan dengan metode yaitu :
Metode-metode ‘on the job”yang biasa
digunakan yaitu :
1. Coaching dimana atasan memberikan
bimbingan dan pengarahan langsung kepada bawahan dalam pelaksanaan pekerjaan
rutin mereka.
2. Planned progression atau pemindahan
karyawan dalam saluran-saluran yang ditentukan melalui tingkatan-tingkatan
organisasi yang berbeda
3. Rotasi jabatan pemindahan karyawan
melalui jabatan-jabatan yang bermacam-macam dan berbeda-beda
4. Penugasan sementara, di mana bawahan
ditempatkan pada posisi manajeman tertentu utuk jangka waktu yang ditetapkan
5. System-sistem penilaian
presntasi formal
Pengembangan “off the job”dilakukan
dengan :
1. Program-program pengembangan
eksekutif, di universitas-universitas atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya,
di mana para manajer berpartisipasi dalam program-program yang dibuka untuk
umum melalui penggunaan analisa kasus, simulasi dan metode-metode pengajaran
lainnya
2. Latihan laboratorium, di mana orang
belajar menjadi sensitive (peka) terhadap orang lain, lingkungan dan sebagainya
3. Pengembangan organisasi, yang
menekankan perubahan, pertumbuhan, dan pengembangan keeluruhan organisasi
4. Penilaian Pelaksanaan Kerja
Di dalam penilaian pelaksanaan kerja dilakukan dengan
membandingkan antara pelaksanaan kerja perseorangan dan standar-standar atau
tujuan-tujuan yang dikembangkan bagi posisi tersebut.
2.5.1 Pemberian Jasa dan Penghargaan
Pemberian jasa dan penghargaan yang disediakan bagi karyawan
sebagai kompensasi pelaksanaan kerja dan sebagai motivasi bagi pelaksanaan di
waktu yang akan datang.
Kompensasi adalah pemberian kepada karyawan dengan
pembayaran finansial sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan
sebagai motivator untuk pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang. Dalam
pemberian kompensasi ini harus memperhatikan prinsip keadilan, yaitu pada
bagaimana mereka melihat nilai relatif dibandingkan yang lain yang berdasarkan
pada tanggung jawab yang diemban, kemampuan yang dimiliki, produktivitas dan
kegiatan-kegiatan manajerial.
2.5.2 Penentuan Kompensasi
Kebijakan-kebijakan dan praktek-praktek manajeman ditentukan
oleh interaksi dari tiga factor yaitu :
1. Kesediaan membayar sesuai dengan
pengorbanan yang diberikan kepada organisasi atau perusahaan
2. Kemampuan membayar yang tergantung
pada pendapatan yang diterima oleh perusahaan yang tidak lepas dari
produktivitas karyawan
3. Persyaratan-persyaratan pembayaran
yang tergantung pada kondisi perusahaan, peraturan pemerintah, serikat kerja,
kondisi permintaan dan penawaran tenaga kerja dari para pesaing
2.5.3 Bentuk-bentuk Pembayaran
Banyak karyawan dibayar (dalam Kas) pada setiap akhir hari
kerja berdasarkan jumlah jam kerja. Namun dipihak lain banyak juga yang dibayar
berdasarkan jam kerja yang diterima pada akhir minggu. Bentuk pembayaran ini
disebut dengan upah harian.Disamping itu ada bentuk upah insentif (seperti
bonus dan komisi) banyak dipakai pada karyawan bagian produksi dan
penjualan.Banyak juga perusahaan mempunyai rencana pembagian laba (profit
sharing plan), dimana karyawan menerima sejumlah prosentase tertentu dari laba
perusahaan sebagai pendapatan ekstra.
2.5.4 Perencanaan dan Pengembangan Karir
Dalam perencanaan dan pengembangan kakir mencakup transfer
(promosi, demosi dan lateral), penugasan kembali, pemecatan, pemberhentian dan
pension manajemen, serta penyusunan personalia.
2.6
KOMPENSASI KEPADA KARYAWAN
Setiap
orang memiliki profesi yang beragam. Entah itu sebagai manajer, akuntan,
dokter, guru, dan sebagainya. Jika orang-orang tersebut bekerja dalam suatu
perusahaan tentunya mereka akan memperoleh yang disebut dengan kompensasi atau
yang lebih dikenal dengan upah atau gaji. Kompensasi sendiri memiliki
pengertian sebagai balas jasa yang diberikan oleh suatu perusahaan. Bagi
suatu perusahaan, kompensasi punya arti penting karena pemberian kompensasi
merupakan upaya dalam mempertahankan dan mensejahterakan karyawannya.
Menurut Maryoto (1994),
tujuan kompensasi adalah :
1. Pemenuhan kebutuhan ekonomi karyawan atau sebagai jaminan
economi security bagi karyawan
2. Mendorong agar karyawan lebih baik dan lebih giat
3. Menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kemajuan
4. Menunjukkan penghargaan dan perlakuan adil perusahaan
terhadap karyawannya (adanya keseimbangan antara input yang diberikan karyawan
terhadap perusahaan dan output atau besarnya imbalan yang diberikan perusahaan
kepada karyawan)
Dalam
memberikan kompensasi, secara umum untuk penentuan kompensasinya, terdiri dari
tiga hal :
Pertama, Harga atau Nilai
Pekerjaan yakni :
1. Melakukan analisis jabatan atau pekerjaan. Berdasarkan
analisis tersebut maka akan didapat informasi yang berkaitan dengan jenis
keahlian yang dibutuhkan, tingkat kompleksitas pekerjaan, resiko pekerjaan dan
sebagainya. Dari informasi tersebut maka dapat ditentukan harga dari pekeerjaan
tersebut.
2. Melakukan survei “harga” pekerjaan sejenis pada perusahaan
lain yakni harga pekerjaan dari beberapa perusahaan menjadi patokan harga dalam
menentukan harga pekerjaan sekaligus sebagai ukuran kelayakan dalam pemberian
kompensasi.
Kedua, Sistem kompensasi
yakni :
1. Sistem prestasi yaitu upah atau gaji menurut prestasi kerja
yang disebut juga dengan upah sistem hasil. Dalam sistem ini, sedikit banyaknya
upah yang diterima tergantung pada sedikit banyaknya hasil yang dicapai
karyawan dalam waktu tertentu.
2. Sistem waktu yaitu besarnya kompensasi dihitung berdasarkan
standar waktu seperti jam, hari, minggu hingga bulan. Besarnya upah ditentukan
oleh lamanya karyawan menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Ketiga, Sistem kontrak
yaitu besarnya upah didasarkan atas kuantitas, kualitas dan lamanya
penyelesaian pekerjaan yang sesuai dengan kontrak perjanjian. Dalam sistem ini,
biasanya dicantumkan ketentuan mengenai konsekuensi jika pekerjaan yang
dihasilkan tidak sesuai dengan surat kontrak perjanjian.
Sebagai
upaya balas jasa yang dilakukan perusahaan terhadap karyawannya, selain upah
atau gaji tetap yang diterima, seorang karyawan juga akan menerima jenis-jenis
kompensasi yang lain, diantarannya :
1. Pengupahan insentif yaitu memberikan upah atau gaji
berdasarkan perbedaan prestasi kerja sehingga bukan tidak mungkin dua orang
yang punya jabatan yang sama akan menerima upah yang berbeda karena prestasi
dalam bekerja yang berbeda, walaupun keduanya memiliki gaji pokok yang sama.
2. Kompensasi pelengkap atau fringe benefit yaitu salah satu
bentuk pemberian kompensasi berupa program-program pelayanan karyawan dengan
tujuan agar mampu mempertahankan karyawan tersebut dalam jangka panjang.
Misalnya saja, tunjangan pensiun, pesangon, asuransi kecelakaan kerja dan
sebagainya.
3. Keamanan dan kesehatan karyawan yaitu merupakan balas jasa
peusahaan dalam bentuk non finansial. Makin baik kondisi keamanan dan
kesehatan, maka makin positif sumbangan karyawan tersebut bagi perusahaan.
2.6.1
Pengaruh Pemberian Kompensasi Terhadap
Produktivitas Karyawan
Sejak
dahulu kita sudah mengenal adanya berbagai bentuk penghargaan yang diberikan
perusahaan kepada karyawannya. Hubungan antara karyawan dan perusahaan pada
dasarnya adalah hubungan timbalik balik. Disatu sisi, karyawan yang bekerja
pada sebuah perusahaan mempunyai kewajiban untuk memberikan segala yang ia
miliki untuk perusahaan, misalnya saja pengetahuan dan ide-ide cemerlang yang
dapat membuat perusahaan menjadi lebih maju dan berkembang. Disisi lain,
perusahaan juga mempunyai kewajiban terhadap karyawannya. Salah satu kewajiban
perusahaan adalah memberikan penghargaan kepada karyawan atas apa yang telah
diberikan karyawan tersebut kepada perusahaan.
Ada
berbagai bentuk penghargaan yang diberikan perusahaan kepada karyawannya, mulai
dari hal yang sangat sederhana, misalnya saja senyuman dan pujian, sampai yang
berbentuk uang, misalnya kenaikan gaji, bonus, atau tunjangan-tunjangan lain
yang bersifat finansial. Selain sebagai sebuah bentuk penghargaan yang
diberikan perusahaan kepada karyawannya, pemberian penghargaan ini dimaksudkan
untuk memberikan motivasi kepada karyawan agar mereka merasa nyaman dan lebih
produktif dalam bekerja. Namun, pada kenyataan yang kita jumpai dalam kehidupan
nyata, tidak semua penghargaan mempunyai pengaruh yang sama dalam memotivasi
setiap karyawan. Misalnya saja ada karyawan yang merasa senang hanya dengan
diberikan senyuman dan pujian. Tetapi, tidak sedikit karyawan yang menuntut
diberikan penghargaan yang lebih dari sekedar senyuman dan pujian. Karena
menurut mereka ada hal yang lebih penting lagi, misalnya pemberian bonus atau
peningkatan tunjangan kesehatan bagi karyawan dan anggota keluarganya.
Setiap
karyawan pasti menginginkan suatu bentuk penghargaan yang lebih bersifat riil.
Bukan hanya sebuah senyuman atau pujian semata. Karena mereka menginginkan
sesuatu yang dapat dirasakan manfaatnya. Salah satu bentuk penghargaan yang
dapat benar-benar dirasakan oleh karyawan adalah penghargaan dalam bentuk
tunjangan kesehatan. Sehingga dalam hal ini manajer SDM perlu berhati-hati
dalam mengambil sebuah keputusan dalam pemberian penghargaan kepada
karyawannya. Untuk itu, informasi mengenai bentuk-bentuk penghargaan sangat
dibutuhkan agar tidak terjadi kesalahan yang berakibat fatal bagi kelangsungan
perusahaan.
Pengertian
Kompensasi - Menurut Malayu S.P. Hasibuan Kompensasi
diartikan ”sebagai semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung
atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang
diberikan kepada perusahaan”. Kompensasi berbentuk uang, artinya gaji dibayar
dengan sejumlah uang kartal kepada karyawan yang bersangkutan. Kompensasi
berbentuk barang, artinya gaji dibayar dengan barang. Misalnya gaji dibayar 10%
dari produksi yang dihasilkan. Di Jawa Barat penunai padi upahnya 10% dari
hasil padi yang ditunai.
Kompensasi
merupakan istilah yang berkaitan dengan imbalan-imbalan finansial (financial
reward) yang diterima oleh orang-orang melalui hubungan kepegawaian mereka
dengan sebuah organisasi. Pada umumnya bentuk kompensasi berupa finansial
karena pengeluaran moneter yang dilakukan oleh organisasi. Kompensasi bisa
langsung diberikan kepada karyawan, ataupun tidak langsung, dimana karyawan
menerima kompensasi dalam bentuk-bentuk non moneter. Beberapa terminologi dalam
kompensasi :
·
Upah/gaji.
Upah (wages) biasanya berhubungan dengan tarif gaji perjam (semakin lama
kerjanya, semakin besar bayarannya). Upah merupakan basis bayaran yang kerap
digunakan bagi pekerja-pekerja produksi dan pemeliharaan. Sedangkan gaji
(salary) umumnya berlaku untuk tarif mingguan, bulanan atau tahunan.
·
Insentif,
(incentive) merupakan tambahan-tambahan gaji diatas atau diluar gaji atau upah
yang diberikan oleh organisasi. Program-program insentif disesuaikan dengan
memberikan bayaran tambahan berdasarkan produktivitas, penjualan,
keuntungan-keuntungan atau upaya-upaya pemangkasan biaya
·
Tunjangan
(Benefit). Contoh-contoh tunjangan seperti asuransi kesehatan, asuransi jiwa,
liburan-liburan yang ditanggung perusahaan, program pensiun dan
tunjangan-tunjangan lainnya yang berhubungan dengan kepegawaian.
·
Fasilitas
(Facility) adalah kenikmatan/fasilitas seperti mobil perusahaan, keanggotaan
klub, tempat parkir khusus.
Komponen-komponen
dari keseluruhan program gaji secara umum dikelompokkan kedalam kompensasi finansial
dan non finansial. Kompensasi finansial ada yang diberikan secara langsung dan
secara tidak langsung
Kompensasi finansial, berupa:
·
Kompensasi
finansial secara langsung berupa; bayaran pokok (gaji dan upah), bayaran
prestasi, bayaran insentif (bonus, komisi, pembagian laba/keuntungan dan opsi
saham) dan bayaran tertangguh (program tabungan dan anuitas pembelian saham)
·
Kompensasi
finansial tidak langsung berupa; program-program proteksi (asuransi
kesehatan, asuransi jiwa, pensiun, asuransi tenaga kerja), bayaran diluar jam
kerja (liburan, hari besar, cuti tahunan dan cuti hamil) dan
fasilitas-fasilitas seperti kendaran,ruang kantor dan tempat parkir.
Kompensasi
non financial, berupa pekerjaan (tugas-tugas yang menarik, tantangan, tanggung
jawab, pengakuan dan rasa pencapaian).
·
Lingkungan
kerja (kebijakan-kebijakan yang sehat, supervise yang kompoten, kerabat yang
menyenangkan, lingkungan kerja yang nyaman).
2.6.2
Tujuan Pemberian Kompensasi.
Menurut
Notoatmodjo, tujuan dari kebijakan pemberian kompensasi meliputi :7)
·
Menghargai prestasi karyawan
·
Menjamin keadilan gaji karyawan
·
Mempertahankan karyawan atau mengurangi
turnover karyawan
·
Memperoleh karyawan yang bermutu
·
Pengendalian biaya
·
Memenuhi peraturan-peraturan.
2.6.3
Kriteria Keberhasilan Sistim Kompensasi
Menurut
Irianto, Jusuf dalam mengukur keberhasilan implementasi sistim kompensasi,
terdapat satu pertanyaan esensial yang harus dijawab, yaitu “Apa yang
seharusnya dapat dicapai organisasi dengan menerapkan sebuah sistim kompensasi
tertentu?”
Pertanyaan
tersebut mendasari organisasi dalam menilai keberhasilan suatu sistim dengan
kreteria-kreteria sebagai berikut:
·
Mendukung pencapaian tujuan-tujuan
organisasi
·
Sesuai dengan dan mendukung strategi
dan struktur organisasi.
·
Menarik dan dapat mempertahankan
individu yang berkompeten sesuai dengan standar keahlian yang ditetapkan
·
Menetapkan spectrum yang lebih luas
atas perilaku tugas (task behavior) yang diinginkan dari seluruh anggota
organisasi.
·
Merefleksikan ekuitas
(persamaan-keadilan) bagi seluruh anggota organisasi.
·
Sejalan dengan hukum atau
perundang-undangan yang berlaku dalam suatu wilayah yuridisdiksi tertentu
dimana organisasi berada.
·
Dapat mencapai ke-enam kreteria
tersebut dengan biaya yang proposional sesuai dengan kondisi keuangan internal.
·
Dapat mencapai ketujuh kreteria
tersebut diatas dalam kondisi dengan penggunaan biaya yang paling efektif.
2.6.4
Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja
Meskipun
kompensasi bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kinerja, akan
tetapi diakui bahwa kompensasi merupakan salah satu faktor penentu yang dapat
mendorong kinerja karyawan. Jika karyawan merasa bahwa usahanya dihargai dan
organisasi menerapkan sistim kompensasi yang baik, maka umumnya karyawan akan
termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
Kompensasi
yang diberikan kepada pegawai sangat berpengaruh pada tingkat kompensasi dan
motivasi kerja serta kinerja pegawai. Perusahaan yang menentukan tingkat upah
dengan mempertimbangkan standar kehidupan normal, akan memungkinkan pegawai
bekerja dengan penuh motivasi. Hal ini karena motivasi kerja pegawai banyak
dipengaruhi oleh terpenuhi tidaknya kebutuhan minimal kehidupan pegawai dan
keluarganya. Pegawai yang memiliki motivasi tinggi dalam bekerja, biasanya akan
memiliki kinerja yang tinggi pula.
Imbalan
atau kompensasi akan memotivasi prestasi, mengurangi perputaran tenaga kerja,
mengurangi kemangkiran dan menarik pencari kerja yang berkualitas ke dalam
organisasi. Oleh karenanya imbalan dapat dipakai sebagai dorongan atau motivasi
pada suatu tingkat perilaku dan prestasi, dan dorongan pemilihan organisasi
sebagai tempat bekerja.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Berdasarkan
dari pembahasan masalah yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa Manajemen
Staffing bukanlah kegiatan manajemen yang mudah,perlu banyak pertimbangan-pertimbangan
yang harus dijalankan dan tentunya harus akurat,karena jika terjadi kekeliruan
maka akan menimbulkan kekacauan dalam pekerjaan yg akhirnya menimbulkan ketidak
profesioanalan.
3.2
SARAN
Bertolak
dari strategi dalam Manajemen Staffing, maka kami penyusun memberikan saran
sebagai berikut: Patuhilah segala aturan/tips-tips dalam manajemen staffing
sebagai landasan dalam meniti sebuah keprofesionalan dalam pekerjaan. Banyaklah
belajar dari seorang yang sudah terbukti mampu menangani masalah ini, karena
pengalaman adalah guru yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Hasibuan, H. Malayu S.P, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Revisi Kedua, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta, Tahun 2002, Halaman 54.
2.
Noto Atmodjo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Cetakan Ke2, Penerbit Reneka Cipta, Jakarta Tahun 1998, Halaman 67
3.
Irianto, Yusuf, Tema-Tema Pokok Manajemen Sumber Daya Alam, Penerbit Insan
Cendikiawan, Surabaya, Tahun 2001, Halaman 103
8. dewiramli.blogspot.com/.../pelatihan-dan-pengembangan-karyawan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar